SAPTA WASITA TAMA SETIA HATI
Persaudaraan Setia Hati merupakan wadah bagi setiap insan yang setia kepada nurani yang bersumber kepada Tuhan YME atas dasar rasa persaudaraan yang kekal.
SAPTA WASITA TAMA:
1. Tuhan menitahkan alam semesta seisinya dengan sabda, sebelum di sabda segala sesuatunya berada pada Yang Menyabda.
2. Setelah alam semesta seisinya disabda, Tuhan menyertai sabda-Nya.
3. Barang siapa melupakan atau meninggalkan As/sumbernya, ia akan tergilas oleh lingkungannya.
4. Barang siapa terlepas atau meninggalkan keseimbangan, ia akan tergelincir karenanya.
5. Barang siapa melupakan awal atau permulaan, ia tidak mungkin akan mencapai akhir (tidak mungkin mengakhirinya).
6. Barang siapa mengakui hasil karyanya sebagai miliknya sendiri, ia akan terbelenggu olehnya.
7. Barang siapa selalu melatih diri untuk dapat merasakan sumber dari rasa, kalau Tuhan Yang Maha Esa memperkenankan,
ia niscaya akan dapat merasakan rasa yang sejati (sejatining rasa), tanpa menggunakan jasad (bakal karasa tanpa ngagem sarira).
Budaya Jawi kasebat adi luhung amargi mengku perangan budaya ingkang nuntun dhateng kaendahaning bebrayan. Pramila lajeng mbabar prasetya wonten ing sesanti: Memayu hayuning bawana, memayu hayuning jagad, memayu hayuning nusa bangsa, miwah memayu hayuning sasama. Budaya Jawi hanggadhahi ciri-ciri adi luhung amargi mengku pangawikan ingkang tumuju dhateng kawaskithan, kawiryan, kawicaksanan, kaluhuran tuwin kasampurnaning gesang.
Kathah sanget wedharan susastra Jawi ingkang caket tuwin raket kaliyan ingkang murba lan masesa jagad. Kalebet ing ngriki jagad cilik (mikro kosmos) tuwin jagad gedhe (makro kosmos). Filsafat Jawi dipunngendikakaken langkung jangkep katimbang filsafat kilen (Barat) ingkang underanipun wonten ing kawicaksanan.
Jatidhiri Jawi ugi katingal saking filsafat Jawi ingkang langkung onja katimbang filsafat ing tlatah sanesipun. Menapa kemawon ingkang dumados ing tanah Jawi wiwit brang kilen dumugi tlatah brang wetan saget dados titikan minangka Jatidhiri Jawi ingkang maneka warni. Ing saben tlatah pinanggih ciri-ciri budaya ingkang mboten sami kaliyan tlatah sanesipun. Sesanti adikaryanipun Mpu Tantular wonten ing kitab Sutasoma inggih menika: Bhinneka Tunggal Ika saget dipunwastani minangka jatidhiri Jawi ingkang sejati.
Samangke, sesanti Bhinneka Tunggal Ika sampun manunggal minangka jatidhiri Nuswantara tuwin inukir wonten lambang nagari peksi Garudha. Kanthi menika, Pancasila ingkang nyawiji kaliyan peksi Garudha saget dipunwastani minangka jatidhiri Jawi ingkang lajeng dipunkukuhaken minangka dhasar miwah falsafah negari.
“Sepiro gedhene samsoro yen tinompo among dadi cobo”
Falsafah
ajaran Persaudaraan Setia Hati Terate ini mengandung arti yang luar
biasa klo kita implementasikan dengan kehidupan manusia di dunia.
Karena mengandung sebuah pembelajaran yang luar biasa. Dalam menghadapi
cobaan hidup sering kali manusia tidak sabar dalam menerima cobaan
dari Sang Pencipta, ujung-ujungnya banyak sekali manusia menggunakan
jalan pintas untuk sekedar melepaskan beban hidup yang berupa cobaan
ini. Sehingga SH Terate sejak awal mewanti-wanti kepada setiap warganya
untuk senantiasa menerima cobaan seberapapun beratnya karena musibah
atau cobaan yg diberikan Sang Pencipta klo kita legowo penuh kesabaran
senantiasa kita akan menuai hasil yang luar biasa juga.
Dalam
menghadapi cobaan/ musibah senantiasa menusia selalu berpegang teguh
pada ajaran agama yang meraka anut. Untuk tetap sabar dalam menerima
ujian/ musibah ada beberapa cara untuk menerima dengan kesabaran.
- Selalu berprasangka baik kepada Sang Kholiq
Musibah
dan cobaan memang tidak pernah diharapkan kedatangannya oleh sitiap
orang namun bila musibah dan cobaan dating kita harus benar-benar siap
menerimanya. Hal pertama yg harus kita lakukan jika musibah menghampiri
kita yaitu berprasangka baik/ khusnudhon kepada Sang Pencipta karena
sejelek-jeleknya prilaku adalah berprasangka buruk kepada Alloh SWT.
Maka hal itu harus kita buang sejauh-jauhnya
2. Tidak berkeluh kesah
Berkeluh
kesah dalam mengahadapi musibah perlu tapi dengan syarat hanya sebatas
menceritakan masalah kita kepada orang lain karena itu bias mengurangi
permasalahan yg kita hadapi tapi sering kali kita menanbah-nambah
cerita yg sebenarnya tidak sama dengan yg kita hadapi.
3. Sabar dalam berikhtiar
Banyak
sekali manusia tidak sabar dalam menghadapi cobaan ujung-ujungnya
meraka melakukan jalan pintas yang tidak diridloi Alloh SWT. Dalam
melepas dari cobaan harus berupaya semaksimal mungkin sambil berdoa dan
berpasrah ke pada Sang Pencipta sehingga apa yang kita lakukan untuk
lepas dari musibah akan tetap dihitung sebuah pahala.
4. Sabar untuk meraih kesuksesan
Para
suksesor yang kita jumpai sekarang dulunya sebelum mereka sukses tentu
dari awalnya sudah mengalami musibah/ cobaan yang besar. Sebagai
contoh : Bill Gates adalah seorang mahasiswa yg dicap sebagai mahasiswa
yg bodoh dan akhirnya dikeluarkan dari kampus.
Maka
kita jangan terburu untuk menjadi seorang yang sukses tanpa diuji dulu
karena naiknya derajat dan kehidupan manusia dari awalnya harus susah
dulu tidak serta merta langsung sukses.
Mungkin tulisan ini ada hikmahnya
Ha-Na-Ca-Ra-Ka berarti ada ” utusan ” yakni utusan hidup, berupa
nafas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasat manusia. Maksudnya
ada yang mempercayakan, ada yang dipercaya dan ada yang dipercaya untuk
bekerja. Ketiga unsur itu adalah Tuhan, manusia dan kewajiban manusia (
sebagai ciptaan )
Da-Ta-Sa-Wa-La berarti manusia setelah diciptakan sampai dengan data ”
saatnya ( dipanggil ) ” tidak boleh sawala ” mengelak ” manusia (
dengan segala atributnya ) harus bersedia melaksanakan, menerima dan
menjalankan kehendak Tuhan
Pa-Dha-Ja-Ya-Nya berarti menyatunya zat pemberi hidup ( Khalik )
dengan yang diberi hidup ( makhluk ). Maksdunya padha ” sama ” atau
sesuai, jumbuh, cocok ” tunggal batin yang tercermin dalam perbuatan
berdasarkan keluhuran dan keutamaan. Jaya itu ” menang, unggul ”
sungguh-sungguh dan bukan menang-menangan ” sekedar menang ” atau menang
tidak sportif.
Ma-Ga-Ba-Tha-Nga berarti menerima segala yang diperintahkan dan yang
dilarang oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Maksudnya manusia harus pasrah,
sumarah pada garis kodrat, meskipun manusia diberi hak untuk mewiradat,
berusaha untuk menanggulanginya.